Berminat pada salah satu bidang Fisika Teknik? Kerjanya apa??

Melanjutkan tulisan dari postingan sebelumnya di sini Setelah lulusan Fisika Teknik dihadapkan dengan percakapan dibawah ini
Penanya: “dulu kuliahnya dimana”
Anak Fisika Teknik: “Fisika Teknik pak/bu/mas/mba/mbah/jeng/zus”
P: “oooo Fisika, nanti kerjaanya mau jadi apaan? Guru ya?”

maka akan keluar juga pertanyaa-pertanyaan lainnya seperti:

“kuliah disana mau jadi apa?”

Biasanya, pertanyaan diatas dan judul dari artikel ini digunakan bagi seseorang calon mahasiswa untuk menentukan jurusan apa yang akan diambil ketika mereka berkuliah. Alasannya bisa karena mereka membutuhkan ilmu di perkuliahan tersebut untuk digunakan kelak, atau hanya membutuhkan sebagian karena melanjutkan dari tingkat pendidikan selanjutnya atau melakukan pivot (bahasa keren dari banting setir) dari keilmuan sebelumnya, sebagai “Title” untuk meningkatkan harga kepercayaan diri, atau tidak menggunakan keilmuan tersebut sama sekali dan memilih jalur berdagang atau berpolitik misalnya.

Hal ini penting ditanyakan setiap calon mahasiswa (dan pastinya keluarganya yang mendukung)

“Apakah kebidangan Fisika Teknik sendiri seluruhnya berguna di masyarakat?”

pertanyaan utama ini sebenarnya kadang berarti “bisa sukses gak, kalau ambil bidang itu?”. Jadi karena berkuliah atau menimba ilmu, tanpa dipungkiri adalah sebuah investment baik dari segi waktu dan uang (karena ada solusi beasiswa untuk permasalahan uang, konon) maka diharapkan hasil yang didapat minimal nutup lah berguna bagi diri kita sendiri dan masyarakat kelak. Sehingga ada istilah dulu, “jangan sampai salah pilih jurusan”, atau yang lebih ekstrim “pilih kuliah yang mainstream ada di lamaran pekerjaan aja, biar dapet kerjanya gampang”. Pernyataan ini gak salah, karena “menyelamatkan diri” (baca: punya masa depan cerah) dengan menambah ilmu pengetahuan, itu penting dan hakiki dipikirkan oleh anak muda jaman old dan jaman now, tapiiii, tidak melulu jurusan yang hype yang berakhir sukses di masyarakat, salah satunya adalah jurusan Fisika Teknik yang bahkan namanya pun sudah disegani oleh pribadi yang mendengarnya, karena fisika itu terkesan susah banget, diluar logika, khusus buat warga jenius, dan stereotype lain padahal kita bisa tau kalau merebus air di tempat tinggi lebih cepat daripada di dataran yang lebih rendah, itu sudah merupakan prinsip Fisika (peristiwa dimana makin rendahnya tekanan atmosfir, membuat molekul air cepet ganti jadi uap, karena ga keteken kebawah, gampangnya gitu :v )

berkaitan dengan artikel sebelumnya tentang kelompok keahlian Fisika Teknik yaitu instrumentasi kontrol, lingkungan binaan dan sistem energi, serta rekayasa material, maka terlihat jurusan ini menyajikan banyak cabang ilmu yang mungkin akan terlihat “gak nyambung” atau “yang laku cuma salah satu”. benarkah? no… Ilmu adalah interdependensi, dan saya sendiri mengalami bahwa keilmuan di instrumentasi dan kontrol berhubungan dengan lingkungan binaan dan sistem energi, keren kan?
Berkaitnya ilmu dalam Fisika Teknik ini membuat jurusan ini sebenarnya lebih fleksibel dalam mencari pekerjaan, terlepas pada waktu itu dan saat itu, yang sangat dibutuhkan orang itu sebenernya kelompok keahlian yang mana. Misalnya dulu saat saya baru lulus, dan saat masih duduk di perkuliahaan, rata-rata mahasiswanya menjawab “kepengen kerja di migas” dilanjutkan dengan “makanya pengen menjurus ke instrumentasi (dan kontrol)”. Alesannya tentu saja karena pada saat itu harga minyak masih tinggi perusahan migas yang banyak berperan ke perekonomian karena dari hulu sampai hilir memiliki banyak parent dan sub company yang mengerjakan 1 proyek, sehingga dana banyak mengalir kesana, dan kesejahteraanya pun terjamin. Alasan yang sama juga dimana saat itu teknik perminyakan dan geologi misalnya, juga di butuhkan di industri yang sama.

lalu apakah kebidangan selain instrumentasi tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang memiliki imbal yang sama sehingga bisa sukses juga? atau malah menjadi anak tiri?

ya enggak lah, gak semudah itu Fergusso… Mungkin ribet kalau dijelaskan, mungkin kita bisa masuk ke sedikit perumpamaan yang datangnya dari aplikasi ilmu Fisika itu sendiri,

Mari kita bicara sistem penerangan (yang menerangi hidup kita)

ambil contoh paling simpel adalah kenapa sampai sekarang bola lampu diupayakan memiliki bentuk radial pada badan lampunya? misalnya lampu pijar bulat, atau lampu flourescent rumahan bentuknya tabung berjumlah 4 yang disusun, atau spiral, atau mungkin lampu TL yang akrab disebut neon (padahal beda) bentuknya tabung panjang? jawabannya adalah agar sebaran cahanya dapat merata, atau setidaknya mengenai semua bagian pada sebuah ruangan kamar standar, berbeda apabila lampu tersebut bentuknya limas segitiga, atau pipih. Masih dapat digunakan tapi dengan perlakuan khusus atau jumlah lampu yang lebih dari satu untuk mendapatkan pencahayaan dalam ruang secara umum yang baik. Apakah aspek yang kurang diperhatikan tersebut dipelajari di fisika teknik? YA, sehingga, perusahaan lampu pun membutuhkan lulusan Fisika Teknik juga, dan perusahaan yang membutuhkan seorang ahli perekayasa pencahayaan, pun membutuhkan lulusan Fisika Teknik.

Image result for heliostat
contoh lain lighting engineering adalah penggunaan heliostat, yang menjadi pembangkit listrik. (sumber: heliostat.co.au)

Terkait dengan sistem pencahayaan, kalau yang diatas adalah pencahayaan buatan, ada juga pencahayaan alami, yaitu matahari like “sun shinning bright, you know what i feel” yang sebenarnya bisa direkayasa menjadi pencahayaan dalam ruang, caranya gimana? ya banyak, bisa diliat di artikel ini. Nah terlihat di artikel keren itu bahwa rekayasa cahaya bisa membuat kita mengurangi penggunaaan lampu biar irit, keren kan? di situ juga dibutuhkan engineer Fisika Teknik tentunya.

Air Conditioner? biasanya jargon bekennya “pak bapak punya freon AC kamarnya udah abis, jadi harus diisi lagi, biayanya 150rb”

Jadi sistem AC itu kayak begini, kalau di FIsika Teknik, ada phase diagramnya (hayoloh)
Bentuk diagram fasa (P vs h diagram) nya kayak begini, lucu… kan lucu kan? (nggaaaaakkk)

yang kedua adalah mesin pendingin, air conditioner, apakah AC itu tidak penting? kalau gak ada AC, panas kan? konsumen tidak akan berpikir jauh bagaimana kinerja suatu AC, untuk rumahan, makin besar PK nya sudah pasti semakin dingin dan untuk ruangan kecil lebih baik jangan menggunakan PK besar, karena boros daya… itu AC split..didalam rumah ada AC nya, temboknya dilubangi, diluar ada mesin nya, begitulah pemahaman umum, termasuk saya ketika masih kecil, bagaimana dengan AC central? pada pembuatan rumah atau bangunan dengan AC central, biasanya udara dingin dialirkan melalui pipa yang dibalut insulasi berwarna perak (taulah ya yang mana) didalam plafond, atau disebut ducting, fungsinya adalah menyalurkan udara dingin ke ruangan… Tapi apakah AC itu tinggal dipasang? berapa daya nya? Jawabannya adalah bisa berapa saja, tergantung geometri ruang dan luas areanya, jarak tempuh udara yang bergantung tinggi bangunan atau ruangan, dan kualitas insulasi. Beberapa vendor mungkin menghitung beban pendinginan berdasarkan hafalan misalnya ruangan 3×3 pakai 1/2 PK. Namun sebenarnya untuk penggunaan lebih lanjut dan untuk mengurangi rugi daya atau rugi uang karena kelebihan dana untuk invest untuk pendingin saja, AC ada hitungannya di Fisika Teknik, termasuk cara untuk mengontrol AC nya, dan di sana pun dibutuhkan lulusan Fisika Teknik, selain anak teknik elektro, sebenarnya.

intermezzo: AC rumah, gedung, mobil bahkan kulkas merupakan sistem pendinginan, dan basisnya sama yaitu ada evaporator, kondenser, compressor dan expansion valve. Kadang pun menggunakan referigeran yang sama sehingga kalau dibilang suru nambah freon seperti tulisan besar diatas, maka pastikan tukangnya juga mengisi freon untuk kulkas dan AC mobil anda, karena kalau dibilang freon bisa bocor, maka semua sistem AC pun bisa bocor. Kadang kebocoran pipa freon bisa terjadi karena benturan atau guncangan, dan karena AC rumah itu diam, berarti kebocoran bisa terjadi di sambungan pipa dengan drat (tube fittings) nya, ya kalo pas awal masangnya kenceng sih gabakal bocor ya, karena tube fitings kan universal, gamungkin segampang itu bocor termakan waktu yang singkat juga apalagi make grade yang tinggi, dan sekalipun itu terjadi karena menurut beberapa sumber terkorosi oleh asam formic, seharusnya yang diganti kan pipanya atau justru AC nya sekalian, kenapa diisi lagi freonnya? (bayar lagi) sedangkan kebocoran freon itu konon berbahaya dan mematikan, hehehe.

Misal pada aplikasi di perekam gambar, alias kamera

Contoh lain misalnya pada penggunaan perekam gambar, atau kamera yang biasa dipakai orang sekarang karena sedang booming… kenapa lensa dengan bukaan apertur lebar (angka lebih kecil) menciptakan bokeh atau blur dari cahaya yang lebih besar, dan bulat? kenapa dengan bukaan apertur yang lebih sempit lebih memungkinkan mendapat bidang fokus tajam yang luas, sehingga antara orang didepan dan dibelakang sama tajamnya? apa itu hiperfokal? kenapa terjadi abrasi kromatik pada sebuah lensa cembung dan bagaimana mengatasinya? semua dari hal diatas juga dibahas di bidang optika di Fisika Teknik sehingga bidang hobi pun, Fisika Teknik dapat berperan didalamnya

Masih berhubungan dengan lensa juga, dimana sebuah kepadatan lensa didalam badan lensa dan kepadatan satu bilah lensa sendiri dapat di modifikasi, dilakukan suatu pelapisan atau coating, yang kadang keterangannya “nano” sesuatu “coating” nah, lapisan super spesial ini walaupun memang seharusnya dikerjakan oleh anak teknik kimia, tapi juga didalami oleh lulusan Fisika Teknik, dalam kelompok keahlian Fisika Material dan Nanomaterial.

Atau di lapangan pekerjaan seperti dibawah ini

Mari kita sebutkan tempat kerja beken seperti di BUMN, kementrian, perusahaan migas terkenal, perusahaan anak perusahaan migas yang terkenal, anak perusahaannya lagi, penyedia peralatan perusahaan energi migas yang terkenal ataupun tak terkenal, perusahaan energi lain seperti energi terbarukan yang di Indonesia ada, tapi belum hype, perusahaan apapun yang membutuhkan sistem otomasi dan kontrol, perusahaan pembangkit listrik; karena percayalah turbin berputar tersebut diatur sistem otomasi sentral yang tersebar, atau bahasa lebih enak ditulisnya Distributed Control System yang kerap disebut DCSatau PLC (Programmable Logic Controller) dan itubagaikan hold my beer bagi lulusan Fisika Teknik, aplikasi “benda” ini juga terdapat pada perusahaan seperti perusahaan kimia (contoh caustic soda, bahan baku/serbuk PVC untuk pipa), pabrik gula, pabrik makanan makanan kaleng, pabrik air putih dan susu (sebut saja semua minuman yang ada di cooler nya Alfamart) perusahaan pemurnian minyak sawit dan minyak goreng lainnya, pengolahan air, dan pembuat benang sintetis (seperti viscose). Biasa orang yang kurang tau menyebutnya pabrik, dan terlihat cerobong dan tangki-tangki besar mejeng disana, terlihat kosong, tapi kok jalan ya pabriknya? Itu semua karena sistem sensing and actuating nya dibuat otomatis dari ruang sentral, sehingga pekerjanya ya inspeksi saja, gak perlu berada di lokasi 24/7, dan itu di operasikan operator, yang sistemnya diprogram, diatur, dan dihitung oleh lulusan Fisika Teknik juga.

Jadi pada intinya, Fisika Teknik itu masa depan banget~

Tjoean adalah koentji

jurusan Fisika Teknik, atau dibalik Teknik Fisika, itu mengajarkan banyak hal yang apabila tidak berguna di masa sekarang karena tren yang menjamur dan terlihat lebih menghasilkan uang dengan lebih cepat atau istilahnya lebih cepat sukses, namun merupakan bekal masa depan, atau istilahnya kalau kita membeli perangkat keras paling terkini, disebut future proof…

Maka, bila dihadapkan kepada lapangan kerja yang berbau teknikal atau kerekayasaan (engineering maksudnya, biar Indonesia aja yakan),  seharusnya lulusan Fisika Teknik siap untuk menghadapi semua tantangan yang ada walaupun badai menghadang.

Jadi, kesimpulannya, lulusan Fisika Teknik gak selalu jadi guru Fisika (camken!) untuk banyak pekerjaan di bidang teknik, lulusan Fisika Teknik sebenarnya bisa saja masuk dan “berbaur” dengan pekerjaan tersebut, karena mau tidak mau, fundamental telah mereka miliki, walaupun mungkin hanya kulitnya, kenapa hanya kulitnya? karena rumusnya banyak, banyak yang lupa, sedikit yang teraplikasikan, tapi banyak yang di tes oleh HRD perusahaan yang akan di lamar, hahaha (just kidding). Tinggal kembali ke para lulusan tersebut, kebidangan mana yang akan dijadikan potensi yang future proof selagi mungkin, di tempat kita berada sekarang, jurusan ini mungkin belum in  seperti jurusan informatika, desain dan finance yang lowongannya sejibun. seperti ada lelucon singkat dari (lupa) dosen saya atau salah satu alumnus Fisika Teknik ITB:

“lulusan Teknik Fisika itu ada 2, yang pertama tau segalanya, yang kedua tidak tau apa-apa”

Seseorang di Bandung – dulu

ini merupakan lelucon yang seperti menghina, di satu sisi, yang rajin belajar akan mengetahui segalanya dan terlihat dari bicaranya tentang ilmu di Fisika Teknik, tapi di sisi sebaliknya, sekalipun ilmu itu seolah tidak menempel, tapi ketika diperdalam atau di asah oleh karena pekerjaan atau pengalaman, ilmu itu kembali menjadi ilmu, ter-upgrade,  dan menjadi ilmu baru yang lebih aplikatif daripada sebelumnya, itulah Fisika Teknik

Salam.

#Banzai!!

#vivatFT!vivatFT!vivatFT!

inilah contoh lulusan Fisika Teknik yang tau segalanya, sekalian mengenang temen saya yang almarhum paling kanan